Musibah itu adalah tabungan pahala akhirat

Lihatlah keindahan taman nan ceria. 
Di esok hari nanti akan penuh dengan nyanyian burung-burung yang berkicau.


    Diriwayatkan dari Ummul ‘Ala RA yang telah mengatakan bahwa saat ia sedang sakit, Rasulullah SAW datang menjenguknya. Beliau menghiburnya seraya bersabda:
“Hai Ummul ‘Ala, bergembiralah, karena dengan sakit yang diderita oleh seorang muslim, Allah akan menghapus dosa-dosanya sebagaimana api melenyapkan kotoran perak.”

    Makna hadits ini bukan menunjukkan bahwa kita boleh memelihara kuman penyakit yang mengidap dalam tubuh kita dan mangabaikan berobat dengan alasan bahwa penyakit akan menghapuskan dosa-dosa dan kesalahan-kesalahan penderitanya.
 Bahkan seorang hamba dianjurkan untuk mencari penawar dan kesembuhan bagi penyakit yang dideritanya dengan dibarengi sikap sabar saat menanggung penyakit dan memohon pahala yang ada disisi Allah SWT ketika menahan penderitaanya.

 Dia juga dianjurkan menganggap bahwa semuanya itu merupakan tabungan kebaikan yang didebet dalam lembaran catatan amal kebaikannya, sebagaimana yang dicontohkan kepada kita oleh wanita shalih di atas.

    Seorang wanita harus bersabar ketika kehilangan orang-orang yang dikasihinya, seperti suami dan anaknya.

 Dalam sebuah Hadits disebutkan:
“Sesungguhnya Allah tidak puas terhadap hamba-Nya yang beriman bila Dia mengambil orang yang dikasihinya dari penghuni bumi, lalu ia bersabar dan mengharapkan pahala-Nya, sebelum memberinya pahala, selain surga.”

    Apabila seorang wanita ditinggal mati oleh suaminya, maka sesungguhnya Allahlah yang telah mengambilnya karena Dia lebih berhak terhadapnya.

 Apabila wanita yang bersangkutan mengatakan: “Mana suamiku, mana anakku,”
maka Allah yang menciptakan dan yang mengadakannya berfirman:
“Dia adalah hamba-Ku. Akulah yang lebih utama dan lebih berhak terhadapnya sebelum yang lain.”

Sok Kran 1/2*1/2

    Suami adalah titipan, anak adalah titipan, saudara laki-laki adalah titipan, ayah adalah titipan, dan istri adalah titipan.

 Semuanya hanyalah titipan belaka sebagaimana yang dikatakan oleh seorang penyair melalui bait berikut:
Tiada lain harta dan keluarga itu hanyalah titipan belaka dan suatu waktu titipan itu, pasti harus dikembalikan (kepada si Empunya).

Hindarilah mencaci sebagaimana anda menghindar dari wabah tha’un

Artikel Menarik Lainnya:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ads

Populer