Wanita Anggun yang Merindukan Surga

Semua kejadian, betapapun parahnya, pasti berhubungan langsung dengan kelapangan dalam waktu yang dekat.
Anda, dengan kecantikan yang anda miliki, lebih anggun daripada mentari.

Anda, dengan akhlaq yang anda miliki, lebih harum daripada kasturi.

Anda, dengan kerendahdirian yang anda miliki, lebih tinggi daripada rembulan.

Anda, dengan sifat keibuan yang anda miliki, lebih menyegarkan daripada hujan.

Oleh karena itu, peliharalah kecantikan itu dengan iman, peliharalah keridhaan itu dengan sikap qana’ah, dan peliharalah kesucian diri itu dengan hijab.

Ketahuilah, bahwa perhiasan anda bukan terletak pada emas dan perak, dan bukan pula pada berlian yang anda kenakan, melainkan pada dua raka’at dipenghujung malam, kehausan di tengah hari yang terik sebab puasa karena Allah, shadaqah yang tersembunyi tanpa ada yang mengetahuinya selain Allah, air mata hangat yang membersihkan dosa, sujud yang lama diatas hamparan sajadah, dan rasa malu kepada Allah saat dorongan kejahatan dan rayuan setan datang menggoda.

Nepel Selang 1/4*3/8

Jadikanlah taqwa itu bak pakaian anda, niscaya anda akan menjadi wanita yang tercantik di dunia meskipun pakaian anda tambal-sulam. 

Jadikanlah rasa malu menjadi baju kurung anda, niscaya anda menjadi wanita yang paling anggun di dunia meskipun anda tidak beralas kaki. 

Hindarilah oleh anda pola hidup seperti yang dilakukan oleh wanita-wanita fasiq dan non-muslim, yang suka memperlihatkan daya tariknya untuk memikat lawan jenis dan menjadikan tubuhnya sebagai komoditi kaum pria tanpa mengindahkah norma-norma susila, karena sesungguhnya mereka adalah neraka jahanam.

“Tiada yang memasukinya, kecuali orang yang paling celaka.” (QS. 92:15)


Kalbu orang yang merindukan surga

Berbahagialah engkau dengan hidup ini sebelum mati dan petiklah bunga itu sebelum musim gugur.

Pernahkah anda mendengar istri Shalih bin Huyayyin? 
Sesungguhnya dia adalah seorang wanita yang telah ditinggal mati oleh suaminya dan mempunyai dua orang anak laki-laki. 

Ketika kedua anaknya telah besar dan menjadi pemuda, mula-mula pelajaran yang ia berikan kepada mereka adalah hal-hal yang berkaitan dengan ibadah, amal ketaatan dan shalat sunnah malam hari.

Sesungguhnya dia mengatakan kepada kedua anaknya: 
“Janganlah sekali-kali kita lewatkan suatu saat pun dari malam hari dalam rumah kita, melainkan harus ada orang yang berdiri mengingat Allah SWT (shalat sunnah malam hari).”

Kedua putranya berkata: “Wahai ibunda tercinta, jelaskanlah kepada kami apa yang engkau kehendaki?”

Sambungan Selang 3/8

Sang ibu berkata: “Kita bagi malam hari antara sesama kita menjadi tiga bagian. Seseorang diantara kalian berdua melakukannya pada sepertiga yang pertama, kemudian yang lain melakukannya pada sepertiga yang kedua, dan terakhir ibu sendiri yang melakukan qiyam pada sepertiga yang terakhir. Selanjutnya, Ibu bangunkan kalian berdua untuk sama-sama menunaikan shalat shubuh.”

Keduanya menjawab: “Kami dengar dan kami taati perintah ibu.”

Setelah ibu mereka berdua meninggal dunia, kedua anaknya tidak pernah meninggalkan qiyamul lail, karena cinta ketaatan dan ibadah memenuhi kalbu mereka berdua, dan saat-saat yang paling manis dalam kehidupan mereka berdua adalah manakala mereka mengerjakan qiyamul lail. 

Mereka membagi dua malam harinya antara mereka berdua. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ads

Populer